A. Kondisi Wilayah Indonesia
Letak geografis Indonesia.
Letak geografis negara adalah letak suatu negara dilihat dari kenyataan sebenarnya di permukaan bumi. Biasanya letak geografis dilihat dari permukaan bumi yang ada di sekitarnya. Untuk melihat secara jelas gambaran kondisi geografis suatu wilayah yang ada di dunia, kita dapat menggunakan peta ataupun globe (bola dunia). Letak geografis Indonesia yaitu berada diantara benua asia dan australia, serta diantara samudra hindia dan samudra pasifik. Letak geografis Indonesia ini berdampak pada beberapa hal, yaitu :
a. iklim.
Indonesia merupakan negara kepulauan. Akibatnya wilayah Indonesia beriklim laut karena iklimnya banyak dipengaruhi oleh angin laut sehingga curah hujannya cukup tinggi. Indonesia juga beriklim musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim musim di Indonesia dipengaruhi oleh angin muson yang berembus secara periodik setiap 6 bulan. Musim penghujan terutama terjadi pada waktu bertiup angin muson barat, sedangkan musim kemarau terjadi ketika bertiup angin muson timur. Musim kemarau berlangsung antara bulan April sampai dengan Oktober, sedangkan musim penghujan berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan April.
b. Keadaan Penduduk.
Letak geografis Indonesia yang berada diantara 2 benua dan 2 samudra, tentu mempengaruhi keadaan penduduk Indonesia. Sebab budaya luar dapat dengan mudah masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan antar negara, penyebaran agama, ataupun misi mencari kekayaan alam. Banyaknya budaya asing yang masuk dan mempengaruhi budaya Indonesia misalnya di bidang bahasa, seni, peradaban, dan agama.
Letak Astronomis Indonesia.
Letak astronomis suatu wilayah adalah letak/ posisi suatu wilayah atau daerah di permukaan bumi berdasarkan koordinatnya pada garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis hayal pada peta yang melintang/ horizontal. Garis lintang 0 derajat disebut sebagai garis equator atau garis khatulistiwa. DI Indonesia, kota yang dilalui garis khatulistiwa adalah kota pontianak.
Adapun garis bujur adalah garis khayal pada peta yang tegak lurus/ vertikal, dan menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan. Garis bujur berfungsi juga untuk menentukan waktu suatu daerah. Bumi dibagi menjadi 1800 garis bujur timur (BT) dan 1800 garis bujur barat (BB). Perhitungan garis bujur 00 dimulai dari Kota Greenwich, sebuah kota didekat Kota London, inggris. Setiap selisih garis bujur 150, berarti selisih waktu 1 jam. Atau setiap selisih garis bujur 1 derajat berarti selisih waktunya 4 menit. Pergeseran arah ke timur waktu maju, sedangkan ke arah barat waktu mundur.
Letak astronomis Indonesia adalah 60 LU (lintang utara) – 110 LS (lintang selatan) dan
antara 950 BT (bujur Timur) – 1410 BT (Bujur Timur). Pengaruh letak astronomis Indonesia yaitu :
a. terhadap kondisi alam.
Posisi garis lintang Indonesia menyebabkan Indonesia beriklim tropis dengan ciri-ciri : menerima penyinaran matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi, banyak terjadi penguapan sehingga kelembapan udara cukup tinggi.
b. Terhadap penetapan waktu.
Indonesia memiliki 3 daerah waktu yaitu :
Waktu Indonesia Timur (WIT), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia barat (WIB). Waktu Indonesia bagian timur memiliki selisih waktu 9 jam lebih awal dari GMT (greenwich Mean Time).
Letak geologis Indonesia
Letak geologis adalah letak suatu wilayah berdasarkan susunan batuan yang ada pada bumi. Secara geologis, letak Indonesia yaitu :
a. Indonesia terletak pada dua rangkaian pegunungan besar dunia, yaitu rangkaian Pengunungan Mediteran dan rangkaian Pegunungan Sirkum Pasifik.
b. Indonesia terletak pada pertemuan lempeng litosfer, yaitu lempeng Indonesia -Australia yang bertumbukan dengan lempeng Asia.
c. Indonesia terletak pada tiga daerah dangkalan, yaitu Dangkalan Sunda, Dangkalan Sahul dan Daerah Laut pertengahan Australia Asiatis.
Letak geologis Indonesia menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung berapi. Hal positifnya adalah tanah di Indonesia subur. Sisi negatifnya berupa rawannya terjadi bencana alam misalnya gunung meletus dan gempa bumi.
B. Kondisi Fisik Indonesia
Persebaran Flora dan Fauna di indonesia.
Indonesia merupakan daerah tropis, yang ditandai dengan tingginya curah hujan sehingga mengakibatkan suburnya berbagai jenis tanaman. Hutan belukar yang ada di wilayah Indonesia berisi berbagai kekayaan alam, termasuk didalamnya berbagai jenis flora dan fauna.
Ada beberapa hal penting yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna, yaitu :
1. faktor bentang alam atau relief tanah,
2. faktor manusia,
3. faktor iklim, mencakup curah hujan, temperatur udara, angin, dan kelembapan udara,
4. faktor tanah.
Flora dapat diartikan sebagai dunia tumbuh-tumbuhan. Sedangkan fauna artinya dunia hewan. Flora di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu hutan hujan tropis, hutan musim, dan hutan sabana tropik. Hutan hujan tropis hidup sepanjang tahun, tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Irian atau Papua. Hutan Musim cirinya dedaunan rontok pada musim kemarau, banyak tersebar di Jawa timur, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Adapun hutan sabana tropik berupa rerumputan dan semak belukar, hanya ada di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara, antara lain di Pulau Sumba dan Pulau Timor.
Persebaran flora dan fauna di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kelompok Asiatis (kelompok barat) , adalah flora dan fauna yang berada di wilayah Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Jenis-jenis hewannya antara lain badak, gajah, rusa, tapir, banteng, kerbau, kera, harimau, babi hutan, dan sebagainya. Fauna di daerah bagian barat ini terdapat banyak
binatang menyusui dengan ciri jenis hewan besar.Sementara jenis floranya berupa hutan bakau (mangrove) dan rawa gambut di bagian timur Sumatera, meranti, rotan, rawa gambut, rawa air tawar di bagian barat Sumatera.
2. Kelompok Australis (kelompok timur), merupakan kelompok hewan yang berada di wilayah Papua dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Contoh fauna australis : kanguru, walabi, koala, burung cenderawasih, kakatua, kasuari, dll. Ciri fauna australis adalah berupa burung dan jenis binatang berkantung. Adapun Flora Australis terdiri atas : hutan hujan tropis yang berupa pepohonan tinggi dan lebat, hutan sagu dan nipah, dan hutan lumut pada dataran tinggi atau pegunungan.
3. kelompok peralihan atau australis asiatis (kelompok tengah) , merupakan kelompok campuran fauna Asia dan Australia, meliputi jenis hewan yang berada di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, dan
Maluku. Contoh jenis fauna ini antara lain anoa, babi rusa, komodo, burung maleo, tarsius, dll.
Garis Wallace dan Garis Weber
Seorang berkebangsaan Inggris bernama Wallace mengadakan penelitian mengenai penyebaran hewan bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian Timur. Batasnya di mulai dari Selat Lombok sampai ke Selat Makasar. Garis batas inilah yang disebut garis Wallace. Batas ini bersamaan pula dengan batas penyebaran binatang dan tumbuhan dari Asia ke Indonesia.
Penelitian tentang penyebaran fauna di Indonesia juga dilakukan oleh seorang peneliti berkebangsaan Jerman bernama Weber. Weber menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia
ke Indonesia bagian Timur. Garis batas tersebut dinamakan garis Weber. Sedangkan daerah di antara dataran Sunda dan dataran Sahul oleh para ahli biografi disebut daerah Wallace atau daerah Peralihan sebab terdapat beberapa jenis hewan Asia dan Australia.
Persebaran jenis tanah di Indonesia, beserta dengan pemanfaatannya.
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan induk (anorganik) yang terbentuk dari bahan-bahan organik tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Tanah berada di lapisan bagian atas bumi tempat tumbuhnya berbagai tanaman. Berbagai jenis tanah di Indonesia antara lain:
a. Tanah gambut disebut juga tanah organosol atau histosol, adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu tergenang air (rawa) dan kekurangan unsur hara, sirkulasi udara tidak lancar, proses penghancuran tidak sempurna, kurang baik untuk pertanian. Banyak terdapat di Kalimantan, Sumatra Timur, dan Papua.
b. Tanah kapur (renzina) atau grumusol, adalah tanah yang terbentuk dari bahan induk kapur yang mengalami laterisasi lemah. Banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.
c. Tanah endapan atau tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk karena pengendapan batuan induk dan telah mengalami proses pelarutan air. Jenis tanah ini merupakan tanah subur dan banyak terdapat di Jawa bagian utara, Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian barat dan selatan.
d. Tanah ter rarosa adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah dolina dan merupakan daerah pertanian yang subur. Daerah persebarannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.
e. Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuhan (bahan organik), berwarna hitam, sangat subur, cocok untuk pertanian. Banyak terdapat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Papua.
F. Tanah vulkanis atau tanah regosol, adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang dikeluarkan gunung berapi. Jenis tanah ini sangat subur dan cocok untuk pertanian. Tanah regosol banyak terdapat di daerah Jawa, Sumatra, Bali, Lombok, Halmahera, dan Sulawesi. Tanah regosol berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi.
g. Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk karena temperatur dan curah hujan yang tinggi. Namun jenis tanah ini kurang subur dan banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat.
h. Tanah pasir adalah tanah hasil pelapukan batuan beku dan sedimen dan tidak berstruktur. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian karena sedikit mengandung bahan organik. Banyak terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi.
C. Kondisi Penduduk Indonesia.
Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku dan ras sehingga dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, penduduk Indonesia dapat dibagi menjadi 4 kelompok ras, yaitu:
a. Kelompok ras Papua Melanezoid , terdapat di Papua/ Irian, Pulau Aru, Pulau Kai.
b. Kelompok ras Negr oid, antara lain orang Semang di semenanjung Malaka, orang Mikopsi di Kepulauan Andaman.
c. Kelompok ras Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.
d. Kelompok ras Melayu Mongoloid , yang dibedakan menjadi 2(dua) golongan.
1) Ras Proto Melayu (Melayu Tua) antara lain Suku Batak, Suku Toraja, Suku Dayak.
2) Ras Deutro Melayu (Melayu Muda) antara lain Suku Bugis, Madura, Jawa, Bali.
Di samping kelompok ras di atas, masyarakat Indonesia juga terdiri dari kelompok warga keturunan Cina (ras Mongoloid), warga keturunan Arab, Pakistan, India, ras Kaukasoid, dsb.
Jika istilah ras berkaitan dengan ciri-ciri fisik tubuh, etnis (suku) lebih berkaitan dengan karakteristik budaya suatu kelompok tertentu. Karakterisrik budaya ini dibentuk dan dihasilkan oleh perbedaan bahasa, agama, suku bangsa, kedaerahan, tempat lahir, tata susunan kekerabatan, adat istiadat, sistem mata pencaharian, teknologi, arsitektur rumah/ bangunan adat, peralatan kerja tradisional, dan perbedaan kesenian daerah.
Beberapa suku yang ada di Indonesia misalnya : suku Jawa (45% jumlah penduduk Indonesia), Sunda (14% jumlah penduduk Indonesia), Madura (8%), dan Batak (7%).
Agama yang dianut penduduk Indonesia juga bermacam. Dahulu, kepercayaan asli nenek moyang Indonesia adalah animisme (percaya terhdapa roh) dan dinamisme (percaya bahwa benda-benda tertentu mempunyai kekuatan). Setelah kepercayaan nenek moyang tsb, barulah masuk agama-agama di Indonesia, dan saat ini agama yang banyak dianut penduduk Indonesia seperti : Agama islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Selain itu juga terdapat berbagai jenis aliran kepercayaan kepada Tuhan yang berkembang di masyarakat.
Demikianlah materi tentang kondisi fisik, wilayah, dan penduduk di Indonesia. Semoga mencerahkan, dan selamat beraktifitas!