2 kali agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda terhadap Indonesia, sempat membuat keberadaan negara Indonesia melemah. Tapi bangsa Indonesia menjawabnya dengan tetap melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama menempuh jalur diplomasi dan kekuatan militer.
Pengaruh konflik Indonesia Belanda terhadap keberadaan NKRI.
Agresi Militer Belanda |
Pengaruh Agresi Militer I terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Agresi militer Belanda yang ke 1, terjadi pada tanggal 21 Juli 1947. Agresi ini melanggar persetujuan Linggarjati yang ditandatangani pada tanggal 27 Maret 1947. Dampak dari Agresi militer Belanda (AMB) I ini diantaranya semakin menyempitnya wilayah RI.
Tujuan Belanda dalam agresi pertama ini adalah mempersempit wilayah RI terutama di jawa dan sumatera, menguasai daerah-daerah penghasil beras dan bahan ekspor di jawa barat, jawa timur, dan Sumatera sebagai penghasil bahan ekspor, serta menghancurkan kekuatan TNI.
Pengaruh Agresi Militer II terhadap NKRI
Agresi Militer Belanda (AMB) ke-2 terjadi pada tanggal 19 Desember 1948, dengan pusat serangan di Ibu Kota RI saat itu, yogyakarta. Dalam peristiwa ini pimpinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda. Mereka adalah Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, Syahrir (Penasihat Presiden) dan sejumlah menteri termasuk Menteri Luar Negeri Agus Salim, dan moh. Roem. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka.
Situasi yang terjadi ketika itu, direspon oleh presiden soekarno dengan membentuk sebuah pemerintahan darurat. Sebelum aksi penangkapan, Presiden Soekarno memimpin sidang singkat yang salah satu isinya adalah pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI ) yang berkedudukan di bukittinggi, Sumatera barat. Pembentukan PDRI tsb ditugaskan kepada Syafruddin Prawiranegara, melalui telegram. Ketika itu, Syafruddin Prawiranegara yang menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, sedang berkunjung ke Sumatera. Dan untuk menghindari kegagalan PDRI maka dikirimkan pula mandat kepada Mr. A.A. Maramis, L.N. Palar, dan Dr. soedarsono untuk membentuk pemerintahan pengasingan di New Delhi, India.
Akibat dari agresi militer belanda yang kedua ini, memang berpengaruh besar terhadap keberadaan negara Indonesia. Terutama dengan ditahannya toko-tokoh utama negara. Namun perjuangan tidak berhenti disitu. Di daerah-daerah, terus dilakukan perang gerilya, salah satunya yang kita kenal dengan perang gerilya oleh Jenderal Soedirman. Jalur diplomasi semakin ditingkatkan. Selain itu, dukungan dari negara luar juga bertambah. Salah satu dukungan yang diberikan kepada Indonesia, datang dari Amerika Serikat. Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai dengan Belanda menghentikan permusuhannya dengan Indonesia.
Baca Juga : Peran Dunia Internasional dalam Penyelesaian Konflik Indonesia - Belanda
Lahirnya Negara bentukan Belanda (Negara Boneka) dan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)
Negara boneka bentukan Belanda diprakarsai oleh Dr. H.J. Van Mook. dibentuk di Malino, Sulawesi Selatan, pada tanggal 15 Juli 1946, yang dihadiri oleh wakil-wakil daerah yang dikuasai Belanda. Negara Boneka bentukan belanda terdiri dari :
· Negara Indonesia Timur (NIT),
· Negara Madura,
· Negara Pasundan,
· Negara Sumatera Timur (NST),
· Negara Sumatera Selatan,
· Negara Jawa Timur
· Daerah otonom (daerah istimewa) : Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, Riau Kepulauan, dan Jawa Tengah.
Negara boneka tersebut digabung dengan RI dengan nama Negara Indonesia Serikat. Sebelum terbentuknya NIS, Belanda menciptakan pemerintah federal yang didukung oleh badan perwusyawaratan yang disebut Bijenkoomst voor Federal Overleg (BFO). BFO adalah badan permusyawarahan federal bagi Negara-negara boneka bentukan Belanda. BFO dibentuk di Bandung tanggal 27 Mei 1948.
Bentuk negara berubah dari yang semula berbentuk republik menjadi negara serikat. Namun usia negara Republik Indonesia Serikat (RIS) ini tidak bertahan lama karena negara-negara boneka tsb justru menyatakan keinginannya untuk mempertahankan kemerdekaan dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baiklah. Sampai disini materi tentang pengaruh konflik Indonesia Belanda terhadap keberadaan NKRI. Semoga bermanfaat dan terimakasih atas dukungan Anda sekalian.